Di tengah derasnya arus transisi menuju energi bersih, ada secercah cahaya yang hadir di sebuah sekolah di Kecamatan Rumbai Timur, Pekanbaru. Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Pendidikan Melati Rumbai kini tidak hanya menjadi tempat belajar anak-anak difabel, tetapi juga menjadi ruang di mana energi masa depan diperkenalkan sejak dini.
Ketua Yayasan Pendidikan Melati Rumbai, , H. M. Jakfar, memeriksa panel kontrol Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hybrid. Teknologi ini kini menjadi sumber energi ramah lingkungan bagi sekolah. Kamis (2/10/2025). Foto : Defizal / Homeriau.com
Pertamina Hulu Rokan (PHR), melalui komitmen tanggung jawab sosial dan lingkungannya, menghadirkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hybrid berkapasitas 3,7 KWP dengan penyimpanan 5 kWh. Kehadiran panel-panel surya ini mampu menghasilkan listrik hingga 4.691 kWh setiap tahun, setara dengan penghematan biaya sekitar Rp6,8 juta. Lebih dari sekadar angka, manfaat nyata dari program ini adalah terciptanya ruang belajar yang lebih nyaman bagi lebih dari seratus siswa berkebutuhan khusus.
Cahaya matahari yang kini terkonversi menjadi energi ramah lingkungan itu bukan hanya menerangi ruangan kelas, juga menerangi cara pandang generasi muda terhadap teknologi hijau. Guru dan siswa diperkenalkan langsung pada prinsip energi terbarukan, sehingga pembelajaran tidak lagi hanya terbatas pada teori, tetapi pada praktik yang dapat mereka saksikan sehari-hari.
Guru dan staf sekolah yang mendapatkan perangkat komputer serta pendampingan Green Warrior, memastikan manfaat PLTS berkelanjutan sekaligus mendukung pembelajaran modern bagi siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Pendidikan Melati Rumbai. Kamis (2/10/2025). Foto : Defizal / Homeriau.com
Agar manfaat bisa terus berlanjut, PHR juga membekali guru dan staf melalui pelatihan Green Warrior, sebuah program pendampingan untuk memastikan PLTS dapat dirawat dan dikelola secara mandiri. Tak hanya itu saja, perusahaan turut menyerahkan perangkat komputer guna mendukung proses belajar mengajar sesuai kebutuhan zaman.
Ketua Yayasan, H. M. Jakfar, mengungkapkan rasa syukurnya dan teringat masa awal berdirinya sekolah pada Tahun 2003, ketika itu hanya ada 3 hingga 5 siswa. Kini, jumlahnya sudah berkembang menjadi lebih dari 100 anak yang menempuh pendidikan di jenjang SDLB, SMPLB, hingga SMALB. “Kehadiran PLTS ini adalah berkah besar bagi kami. Dukungan PHR akan sangat membantu kelancaran kegiatan belajar mengajar di sekolah,” ujarnya penuh haru.
Tampak dari atas, suasana ceria anak-anak difabel di halaman Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Pendidikan Melati Rumbai dengan atapnya yang kini dihiasi panel surya, bukti nyata transisi energi bersih. Kamis (2/10/2025). Foto : Defizal / Homeriau.com
Manager Community Involvement and Development (CID) Regional 1 PHR, Iwan Ridwan Faizal, menegaskan bahwa program ini merupakan bagian dari TJSL PHR melalui inisiatif Pemko Pesmina (Pemberdayaan Komunitas Penyandang Disabilitas Pertamina) yang fokus pada pendidikan inklusif dan pemanfaatan energi ramah lingkungan di sektor pendidikan.
“Kami berkomitmen untuk terus mengintegrasikan pemberdayaan sosial, pendidikan, dan keberlanjutan lingkungan di wilayah operasi Zona Rokan,” jelasnya.
Bagi PHR, inisiatif ini bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri. Sebuah langkah kecil di satu sekolah mungkin tampak sederhana. Tetapi dari sinilah lahir harapan besar generasi muda yang tumbuh dengan kesadaran bahwa energi bersih bukan sekadar pilihan, melainkan kebutuhan. Dan bagi anak-anak difabel di SLB Yayasan Pendidikan Melati Rumbai, sinar itu kini tak hanya menerangi sekolah, tetapi juga masa depan mereka.(DEFIZAL)
Editor : Ank